Namaku Fitria Annisa, namun biasa dipanggil Ica. Saat ini aku duduk di bangku perkuliahan pada semester 3 di Politeknik Negeri Jakarta. Aku memiliki seorang sahabat terbaik, ia bernama Linda Puspita. Linda mempunyai hati yang sangat baik. Ia sering membantuku memahami mata kuliah statistik karena ia sangat menyukai hitungan. Tak jarang ibuku mengundangnya ke rumah untuk makan siang bersama sepulang dari kampus. Rumah Linda tidak jauh dari rumahku. Kami tinggal dalam satu wilayah perumahan, hanya beda komplek saja sehingga kamipun sering berangkat kampus bersama naik sepeda. Ibu Linda sudah meninggal dunia setahun yang lalu. Sekarang ia tinggal bersama ayahnya yang seorang pekerja keras. Ayah Linda selalu pulang jam 10 malam setiap hari nya. Ayah Linda adalah seorang pengusaha sukses di bidang properti dan furniture. Keseharian Linda ditemani oleh asisten rumah tangga. Oleh karena itu, Linda sering bermain dan belajar bersama di rumahku hingga sore hari. Meskipun ia tampak ceria, namun aku sering melihat wajahnya yang tiba-tiba sedih ketika melihat ibuku. Mungkin, ia teringat dengan ibunya.
Suatu hari, Linda sakit demam selama seminggu sehingga ia
tidak bisa datang ke kampus. Linda tertinggal banyak mata kuliah, terutama mata
kuliah bahasa Inggris yang mana Linda sering merasa kesulitan. Aku mencatat
dengan rajin semua bahan mata kuliah yang diperlukan Linda untuk belajar, lalu
aku fotokopi. Setiap hari aku menengoknya bersama Ibu, aku khawatir sakit Linda
bertambah parah. Aku juga melihat ayah Linda yang tidak pergi bekerja untuk
menjaga Linda. Ayah Linda tampak sedih dan menyesal sudah sering meninggalkan
Linda dan kurang memberikan perhatian. Begitulah cerita yang kudapat dari ibu
setelah beberapa lama mengobrol dengan Ayah Linda.
Keesokan
harinya, aku melihat Linda sudah datang ke kampus. Ternyata Linda sudah membaik
kesehatannya. Aku senang ia sudah kembali sehat karena kami bisa kembali
belajar bersama. Linda bercerita kepadaku bahwa ayahnya tidak akan lagi pulang
malam hari dan akan mengantarnya kampus setiap hari, juga akan meluangkan waktu
bermain bersamanya di akhir pekan. Aku semakin senang mendengar ceritanya.
Linda
selalu memukau di mataku. Meskipun ia sedang sakit, ia selalu tampil maksimal saat
presentasi kelompok di kelas. Sepertinya ia memang terlahir untuk menjadi sosok
yang cerdas. Sosok Linda yang kuat dan cerdas menginspirasiku untuk menjadi
pribadi yang lebih baik lagi. Aku sangat senang bisa memiliki sahabat seperti
Linda yang bisa membuatku termotivasi dalam belajar, juga dalam menghadapi
kehidupan.
Seminggu
menjelang ujian akhir semester, ayah Linda menelepon ibuku. Ia mengabarkan
bahwa Linda masuk rumah sakit. Aku panik juga sedih mendengarnya. Sepulang dari
kampus aku dan ibu menjenguk Linda. Dokter mengatakan bahwa Linda jatuh dari
tangga dan kepalanya terbentur. Linda harus dioperasi ke Singapura untuk
mendapatkan penanganan yang terbaik. Ayah Linda sedang mengurus semua berkas
dan urusan ke berangkatan mereka ke Singapura. Aku semakin sedih, namun aku
hanya bisa mendoakan semoga tidak terjadi apa-apa dengan Linda. Keesokannya
Linda dan Ayahnya berangkat ke Singapura. Saat itu Linda belum sadarkan diri
juga.
Ujian
akhir semesterpun berlalu. Aku ingat biasanya menjelang ujian semester, aku dan
Linda belajar bersama di kampus bersama temen- teman sekelompok dan Linda
selalu menjadi inisiator belajar di kelompok itu. Tapi semester ini berbeda,
tidak ada belajar kelompok dan aku belajar sendiri di rumah. Aku berusaha keras
untuk membuktikan pada Linda bahwa aku bisa mendapatkan nilai statistik yang
bagus. Aku harap ketika dia sudah sembuh, dia akan senang mendengarnya.
Dua
minggu kemudian, ketika pembagian marksheet, aku melihat ayah Linda datang ke kampus
menemui dosen pembimbing akademikku. Dengan mata berkaca-kaca, ayah Linda
membicarakan sesuatu yang serius dengan dosen tersebut. Aku hanya memandangnya
dari kejauhan dan kuajak ibu menghampiri ayah Linda. Jantungku berdegup
kencang. Aku bertanya-tanya apakah ada yang terjadi dengan Linda. Dengan tidak
sabar, aku bertanya pada ayah Linda tentang keadaan sahabatku itu. Ayah Linda
mengatakan bahwa Linda sudah ada di rumah. Hanya itu yang dikatakannya, namun
hatiku belum tenang. Aku jadi ingin segera pulang dan bertemu Linda karena sudah
sebulan kami tidak bertemu. Akhirnya aku pergi ke rumah Linda bersama ibu dan
ayah Linda menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, ayah Linda tidak banyak
bicara dan seringkali mengangkat telponnya yang berdering.
Sesampainya
di rumah Linda, aku melihat ramai orang-orang duduk di kursi yang sudah di
sediakan di luar rumah. Aku bingung bukan main. Ada acara apa di rumah Linda
sebenarnya. Aku dan ibu berpandang-pandangan, sama herannya perasaan kami.
Kemudian begitu aku masuk ke rumah nya, seorang gadis berambut pendek
mengejutkan ku dengan tawanya. Aku tidak mengenalinya karena rambutnya pendek
dan mengenakan gaun berwarna putih. Ah ternyata itu Linda dan hari itu adalah
hari penikahan ayah Linda dengan seorang perawat yang selama sebulan ini
merawat Linda di Singapura. Jantungku rasanya mau copot. Aku sudah berpikir
yang tidak-tidak tentang kondisi Linda. Aku sangat bahagia Linda sudah sembuh
dan kini ia akan memiliki ibu lagi. Sahabat terbaikku Linda Puspita, tetaplah
bersamaku menjadi sahabatku selamanya.
cukup menarik sih buat dibaca. ditunggu update terbaru nya
BalasHapusGood kren sekali
BalasHapusTambah lg dong cerpen nya. Ditunggu nih crita2 barunya
BalasHapusAh bikin kelanjutan dari cerita ini dong....
BalasHapus