Sedalam
samudera ku mencintaimu sebesar dunia ku menyayangimu sedangkan kau ibu, lebih
dalam dan lebih besar dari pada itu cinta dan sayang mu padaku. Tak bisa dibandingkan
oleh apapun, karena kasihmu begitu tulus dan tak lekang oleh waktu.
Saat
aku belum ada, engkau selalu mengharapkanku, engkau sabar menunggu kedatanganku.
Sampai saatnya kuhadir memberi keceriaan dalam hari-harimu meskipun mungkin kumembatasi
kegiatanmu tapi kautetap menjagaku sepenuh hatimu, bahkan kaurela berjuang
mempertarukan hidup dan matimu untuk melahirkanku.
Mungkin
aku belum mengerti apa-apa saat itu, tapi seiring bertambahnya usiaku, kauselalu
mengajariku, mengawasiku, mendidikku agar kelak aku menjadi anak yang
membanggakan. Meskipun aku sering melakukan kesalahan, tapi engkau tak pernah
lelah mengingatkan dan menunjukan mana yang benar demi kebaikanku.
Setiap
malam engkau menemaniku hingga aku terlelap, mengelus rambutku dan melantunkan
doa-doa juga harapan untuk aku kelak saat besar nanti. Saat aku tertidur lelap,
kadang ibu tidak bisa tidur. Ia memikirkan masa depanku, masa depan anak yang
disayanginya. Ibu tak pernah memikirkan dirinya, yang dipikirkan adalah aku,
aku, dan aku.
Kausungguh sempurna ibu, dimataku ibu bagai malaikat yang selalu ada saat aku
terpuruk, saat aku menangis, saat aku kecewa, dan saat aku bahagia. Tak ada
satupun orang sepertimu di dunia ini. Jika orang lain selalu mengharapkan
balasan atas apa yang mereka lakukan, sedangkan kau ibu, melakukan semuanya
dengan tulus dan ikhlas tanpa mengharap sedikitpun balasan dariku.
Jauh
sebelum aku terbangun dari tidur lelapku, ibu telah bergegas bangun. Dengan
mata suntuknya ia menantang fajar untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah dan menyiapkan
semua kebutuhanku. Bagiku ibu lebih dari seorang wanita hebat, ia membesarkanku
dengan penuh kasih sayang dan kesabaran yang tulus dari lubuk hatinya yang
paling dalam.
Menjagaku
tanpa pamrih, merawatku tanpa mengeluh. Dialah ibu, ibu yang sangat aku cintai,
ibu yang rela berkorban untukku. Namun, kenapa mulut ini begitu malu untuk
mengucapkan kata terimakasih atas segala pengorbanan yang telah ia lakukan? Mungkin
aku sering membuatnya menangis, sering membangkang sehingga membuatnya kecewa,
sering berbohong, bahkan menyakiti hatinya dengan sikap dan perkataanku, tapi
dia selalu memafkan jauh sebelum aku minta maaf padanya.
Engkau
begitu tulus menyayangiku, sampai-sampai daging menjadi makananku dan tulang
adalah bagianmu. Tak ada kasih manusia yang melebihi kasihmu kepadaku. Ibu maafkan
jika aku bebal, setiap nasihat yang ibu ucapkan selalu aku membangkangnya,
maafkan jika aku pernah membuat hatimu terluka. Aku butuh doamu ibu, aku butuh
peluk hangat darimu ketika aku sudah lelah berjuaang. Aku butuh bersandar di bahumu
ibu, ketika air mataku sudah tak sanggup lagi reda.
Semakin
hari aku semakin tumbuh dewasa, tetapi aku lupa bahwa ibu semakin tua. Masih
saja aku menyuruh-nyuruh ibu padahal ibu lelah, ibu letih tetapi ibu masih mau
menuruti keinginanku. Aku yang seharusnya membantu ibu karena aku lebih muda
dan lebih kuat.
Sekarang
aku sudah besar dan harus pergi untuk menuntut ilmu. Waktu kecil, ibu pernah
mengatakan padaku, ”Jadilah orang sukses dan orang yang berguna!” dan aku tak
pernah lupa semua kata-katamu. Aku percaya kelak nanti saat aku kembali lagi ke
pelukanmu aku sudah jadi orang sukses dan mungkin juga menjadi orang yang
berguna. Bagiku yang terpenting aku bisa membahagiakanmu walaupun itu tidak
cukup untuk membalas semua yang telah engku berikan.
Dulu
aku anak yang manja dan tidak pernah mau untuk membantumu, bahkan untuk
keperluanku sendiri saja aku masih mengandalkanmu. Kadang terbesit bahwa aku
ini hanya sampah yang tidak berguna dan hanya menjadi beban untuk ibu dan
keluarga, bahkan semua orang disekitarku.
Sekarang
aku harus mandiri! Akan ku buktikan kalau aku bisa mengurus diriku sendiri
tanpa bantuan orang lain, tapi aku tetap membutuhkan bantuan ibu untuk
menyemangatiku demi mewuujudkan cita-citaku. Memang anakmu ini selalu membutuhkanmu.
Tak pernah terbayang jika suatu saat nanti engkau tak ada di sampingku, tak
sanggup rasanya bila kuharus kehilangan kasih sayang darimu ibu. Selalu temani
aku ya bu!
Walaupun
jauh, aku tetap bangga terhadapmu. Hampir setiap hari engkau menelefonku,
menanyakan kabarku, dan aku tahu ibu selalu mendoakanku, mendoakan yang terbaik
untukku. Sedangkan aku? Tak pernah aku menelefonmu. Aku selalu saja sok sibuk
dengan urusanku yang padahal tidak begitu penting ini.
Kadang
aku merasa malu karena sampai saat ini belum bisa membanggakanmu. Masih saja aku
membebanimu, tapi ibu selalu percaya padaku bahwa perjuangannya menjadikanku
anak yang berguna tidak akan sia-sia.
Aku
berjanji bahkan aku bersumpah pada diriku sendiri, suatu saat nanti aku akan membuktikan
bahwa aku bisa menjadi seperti yang ibu harapkan. Saat aku lulus nanti aku akan
bekerja sekeras mungkin demi kesuksesanku, demi membuat ibu bangga. Tak peduli
rintangan apa yang ada di depan nanti, akan ku terobos dengan niat, usaha dan
doa.
Menyentuh bgt... Jd inget ibu
BalasHapusTerharuuuu
BalasHapusyah pen pulang kampung jadinya. ibu emang segalanya
BalasHapus